Kamis, 27 September 2012

Allah pemilik Israel


BAB II
OTORITAS ALLAH SEBAGAI PEMILIK ISRAEL
Bangsa Israel adalah bangsa yang dipilih Allah sebagai umat-Nya.  Setelah keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian banyak sekali penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh bangsa Israel.  Bangsa Israel sering memberontak kepada Allah dan seakan-akan amau menguji Allah.  Dalam pasala 32 adalah sebuah pelanggaran dari bangsa Israel yang tidak bisa diampuni lagi.  Dan dari ayat 7-14 terjadi dialog antara Allah dan Musa dan disana Allah menyatakan otoritas-Nya sebagai pemilik Israel.
A.         Allah Yang Adil
Dalam ayat yang kesepuluh dikatakan kepada Musa bahwa Allah akan murka kepda bangsa Israel dan akan membinasakan mereka.  Dengan alasan dari ayat 8 sudah cukup bagi Allah untuk membinaakan bangsa Israel.  Allah adalah Allah yang adil yang memperhitungkan setiap yang dilakukan umat-Nya.  Dari kejadian ini bangsa Israel seakan lupa pemeliharaan Allah dalam perjalanan mereka dan lupa siapa yang mengeluarkan mereka dari tanah Mesir. 
Keadilan Allah mempunyai sudut yang positif, yaitu memberi pahala kepada orang yang taat kepada-Nya, dan sudut negative, ialah menjatuhkan hukuman atas orang yang salah.[1]  Pernyataan ini menjelaskan keadaan Ala di dalam Perjanjian Lama, adalah Allah yang adil yang membalaskan setiap perbuatan yang dilakukan umat-Nya.  Allah dalam Perjanjian Lama menggambarkan ALalh sebagai hakum yang seakan menghukum setiap kesalahan yang dilakukan oleh orang atau umat yang bersalah.  Keadilah Allah adalah mutlak karena itu tidak bisa seseorang dapat melanggar keadilah dari hukum yang telah ditetapkan.  Dalam hubungan dengan makhluk ciptaan-Nya Ia juga adil; yaitu, tidak ada tindakan yang diambil-Nya yang melanggar suatu kode moralitas keadilan.[2] 
Dari keadilan Allah ini yang dapat dimengerti adalah, Allah telah menentukan standar-standar kode etik moralitas dan hal itu harus dapat dijalankan oleh manusia.  Bangsa Israel terlalu sering melanggar dari ketentuan-ketentuan Allah maka keadilan Allah pun dijalankan.  Tidaka akan ada tawar menawar dari kesalahan tersebut.  Tapi Musa sebagai pemimpin bangsa Israel “tawar menawar” dengan Allah.  Secara teks memang Musa tidak menawar tapi mengingatkan Allah akan nenek moyang Israel.  Namun penulis melihat bahwa tawar menawar dengan Alah terjadi.  Bagaimana Musa menyebut Abraham, Ishak, dan Israel adalah bukti dari rayuan Musa kepada Allah sekaligus tawar menawar kepada Allah agar murka-Nya tidak bangkit dan membinasakan Israel.
B.          Allah Yang Cemburu
Ayat 8 menceritakan bahwa Allah memberitahukan kelakuan atau apa yang terjadi dengan Israel kepada Musa.  Bagaimana kecemburuan Allah ini dinyatakan.  Allah tidak menginginkan ada hal lain yang bangsa Israel sembah kecuali Allah Abraham, Ishak, dan Yakub.  Bisa dikatakan kecemburuan Allah disebabkan karena ketidaktaatan atau ketidaksetiaan Israel.  Sedangkan Allah adalah setian yang tidak pernah meninggalkan umat-Nya. 
Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah menghajar anak-anak-Nya yang sesat.[3]  Dari pernyataan ini apa yang dilakukan Allah kepada Israel adalah bagian dari kesetiaan Allah.  Kecemburuan ini mengakibatkan Allah ingin membinasakan umat-Nya.  Bukan Allah tidak setia kepada janji-janji-Nya tetapi dengan maksud Allah ingin meluruskan jalan bangsa Israel.  Tidak dapat dipungkiri kalau Allah juga cemburu karena Israel adalah kepunyaan-Nya, dan sekarang Israel berbalik dan membuat patung tuangan yang menggambarkan ketidaksetiaan Israel.  Kecemburuan Allah ini yang mengakibatkan kesetiaan Allah dalam hal Allah menghajar dilakukan.  Allah yang cemburu juga menyangkut tentang kasih Allah kepda umat-Nya.  Tidak akan ada kecemburuan bila Allah tidak mengasihi umat-Nya.
C.          Kesucian Allah
Allah adalah Allah yang suci yang tidak mungkin tercemar oleh apapun.  Di dalam Allah, kesucian-Nya adalah kemurnian keberadaan dan dari sifat serta ekhendak dan tindakan.[4]  Tindakan Allah adalah ingin membinasakan bangsa Israel karena telah melanggar kesucian dari Allah itu sendiri.  Penyembahan dari berhala adalah pelanggaran kesucian dari bangsa Israel terhadap Allah.  Allah menginginkan bahwa bangsa Israel berbeda dengan bangsa lain yang menyembah berhala, tapi menyembah Allah yang hidup, Allah nenek moyang mereka. 
Allah menginginkan bangsa Israel dapat hidup sesuai perintah-Nya.  Oleh karena itu, Ia menuntut supaya ciptaan-Nya menyesuaikan diri dengan patokan-Nya.[5]  Jadi, lewat perbuatan yang telah dilakukan bangsa Israel telah menyimpang dari patokan yang telah diberikan kepada mereka.  Sehingga yang terjadi adalah kesucian Allah yang menyangkut tentang kesucian bangsa Israel sendiri.  Penuntutun Allah gar bangsa Israel hidup suci atau kudus ternyata gagal.  Yang terjadi adalah Israel melanggar kesucian tersebut dengan cara membuat dan menyembah berhala.  Kesucian Allah dinyatakan dalam hal Allah membenci dosa.[6]  Perbuatan yang dilakukan bangsa Israel adalah sebuah dosa karena telah melanggar kesucian Allah sendiri, dan hukuman siap dijatuhkan Allah sebagai pemilik Israel.  Karena hal ini menyangkut akan otoritas Allah kepada Israel.


[1] R. Soedarmo. Ikhtisar Dogmatika. (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1996), hlm 108.
[2] Charles. C. Ryrie. Teologi Dasar 1. (Yogyakarta:ANDI, 2007), hlm 61.
[3] J. W. Brill. Dasar Yang Teguh. (Bandung:Kalam Hidup, t.th), hlm 62.
[4] Ryrei, hlm 55.
[5] Tony Evans. Teologi Allah. (Malang:Gandum Mas, 1999), hlm 88.
[6] Brill, hlm 50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar