BAB II
OTORITAS ALLAH SEBAGAI PEMILIK ISRAEL
Bangsa
Israel adalah bangsa yang dipilih Allah sebagai umat-Nya. Setelah keluar dari tanah Mesir menuju tanah
perjanjian banyak sekali penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh bangsa
Israel. Bangsa Israel sering memberontak
kepada Allah dan seakan-akan amau menguji Allah. Dalam pasala 32 adalah sebuah pelanggaran
dari bangsa Israel yang tidak bisa diampuni lagi. Dan dari ayat 7-14 terjadi dialog antara
Allah dan Musa dan disana Allah menyatakan otoritas-Nya sebagai pemilik Israel.
A.
Allah Yang Adil
Dalam
ayat yang kesepuluh dikatakan kepada Musa bahwa Allah akan murka kepda bangsa
Israel dan akan membinasakan mereka.
Dengan alasan dari ayat 8 sudah cukup bagi Allah untuk membinaakan
bangsa Israel. Allah adalah Allah yang
adil yang memperhitungkan setiap yang dilakukan umat-Nya. Dari kejadian ini bangsa Israel seakan lupa
pemeliharaan Allah dalam perjalanan mereka dan lupa siapa yang mengeluarkan
mereka dari tanah Mesir.
Keadilan
Allah mempunyai sudut yang positif, yaitu memberi pahala kepada orang yang taat
kepada-Nya, dan sudut negative, ialah menjatuhkan hukuman atas orang yang
salah.[1] Pernyataan ini menjelaskan keadaan Ala di
dalam Perjanjian Lama, adalah Allah yang adil yang membalaskan setiap perbuatan
yang dilakukan umat-Nya. Allah dalam
Perjanjian Lama menggambarkan ALalh sebagai hakum yang seakan menghukum setiap
kesalahan yang dilakukan oleh orang atau umat yang bersalah. Keadilah Allah adalah mutlak karena itu tidak
bisa seseorang dapat melanggar keadilah dari hukum yang telah ditetapkan. Dalam hubungan dengan makhluk ciptaan-Nya Ia
juga adil; yaitu, tidak ada tindakan yang diambil-Nya yang melanggar suatu kode
moralitas keadilan.[2]
Dari
keadilan Allah ini yang dapat dimengerti adalah, Allah telah menentukan
standar-standar kode etik moralitas dan hal itu harus dapat dijalankan oleh
manusia. Bangsa Israel terlalu sering
melanggar dari ketentuan-ketentuan Allah maka keadilan Allah pun
dijalankan. Tidaka akan ada tawar
menawar dari kesalahan tersebut. Tapi
Musa sebagai pemimpin bangsa Israel “tawar menawar” dengan Allah. Secara teks memang Musa tidak menawar tapi
mengingatkan Allah akan nenek moyang Israel.
Namun penulis melihat bahwa tawar menawar dengan Alah terjadi. Bagaimana Musa menyebut Abraham, Ishak, dan
Israel adalah bukti dari rayuan Musa kepada Allah sekaligus tawar menawar
kepada Allah agar murka-Nya tidak bangkit dan membinasakan Israel.
B.
Allah Yang Cemburu
Ayat
8 menceritakan bahwa Allah memberitahukan kelakuan atau apa yang terjadi dengan
Israel kepada Musa. Bagaimana
kecemburuan Allah ini dinyatakan. Allah
tidak menginginkan ada hal lain yang bangsa Israel sembah kecuali Allah
Abraham, Ishak, dan Yakub. Bisa
dikatakan kecemburuan Allah disebabkan karena ketidaktaatan atau ketidaksetiaan
Israel. Sedangkan Allah adalah setian
yang tidak pernah meninggalkan umat-Nya.
Kesetiaan
Allah dinyatakan dalam hal Allah menghajar anak-anak-Nya yang sesat.[3] Dari pernyataan ini apa yang dilakukan Allah
kepada Israel adalah bagian dari kesetiaan Allah. Kecemburuan ini mengakibatkan Allah ingin
membinasakan umat-Nya. Bukan Allah tidak
setia kepada janji-janji-Nya tetapi dengan maksud Allah ingin meluruskan jalan
bangsa Israel. Tidak dapat dipungkiri
kalau Allah juga cemburu karena Israel adalah kepunyaan-Nya, dan sekarang Israel
berbalik dan membuat patung tuangan yang menggambarkan ketidaksetiaan
Israel. Kecemburuan Allah ini yang
mengakibatkan kesetiaan Allah dalam hal Allah menghajar dilakukan. Allah yang cemburu juga menyangkut tentang
kasih Allah kepda umat-Nya. Tidak akan
ada kecemburuan bila Allah tidak mengasihi umat-Nya.
C.
Kesucian Allah
Allah
adalah Allah yang suci yang tidak mungkin tercemar oleh apapun. Di dalam Allah, kesucian-Nya adalah kemurnian
keberadaan dan dari sifat serta ekhendak dan tindakan.[4] Tindakan Allah adalah ingin membinasakan
bangsa Israel karena telah melanggar kesucian dari Allah itu sendiri. Penyembahan dari berhala adalah pelanggaran
kesucian dari bangsa Israel terhadap Allah.
Allah menginginkan bahwa bangsa Israel berbeda dengan bangsa lain yang
menyembah berhala, tapi menyembah Allah yang hidup, Allah nenek moyang
mereka.
Allah
menginginkan bangsa Israel dapat hidup sesuai perintah-Nya. Oleh karena itu, Ia menuntut supaya
ciptaan-Nya menyesuaikan diri dengan patokan-Nya.[5] Jadi, lewat perbuatan yang telah dilakukan
bangsa Israel telah menyimpang dari patokan yang telah diberikan kepada
mereka. Sehingga yang terjadi adalah
kesucian Allah yang menyangkut tentang kesucian bangsa Israel sendiri. Penuntutun Allah gar bangsa Israel hidup suci
atau kudus ternyata gagal. Yang terjadi
adalah Israel melanggar kesucian tersebut dengan cara membuat dan menyembah
berhala. Kesucian Allah dinyatakan dalam
hal Allah membenci dosa.[6] Perbuatan yang dilakukan bangsa Israel adalah
sebuah dosa karena telah melanggar kesucian Allah sendiri, dan hukuman siap
dijatuhkan Allah sebagai pemilik Israel.
Karena hal ini menyangkut akan otoritas Allah kepada Israel.
[1] R. Soedarmo. Ikhtisar Dogmatika. (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1996),
hlm 108.
[2] Charles. C. Ryrie. Teologi Dasar 1. (Yogyakarta:ANDI, 2007), hlm
61.
[3] J. W. Brill. Dasar Yang Teguh. (Bandung:Kalam Hidup, t.th), hlm 62.
[4] Ryrei, hlm 55.
[5] Tony Evans. Teologi Allah. (Malang:Gandum Mas, 1999), hlm 88.
[6] Brill, hlm 50.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar